Minggu, 15 Mei 2016

penelitian dialog komunitas pencapaian PHBS tatanan rumah tangga

Edit Posted by with No comments
­­­­ “Dialog Komunitas Terhadap Peningkatan Pencapaian PHBS Tatanan Rumah Tangga dalam Menangani Prilaku Merokok dalam Rumah di Posyandu Wilayah Kelurahan Kertamaya Rt 02 Rw 02”


Tugas  ini dibuat untuk memenuhi
 tugas akhir mata kuliah Pemberdayaan Masyarakat
















Kelompok 4

Lutfiah Bahesty Zahro (131106161619)










Universitas Ibn Khaldun Bogor
Fakultas Ilmu kesehatan
Kesehatan Masyarakat
Tahun Akademik 2016-2017




BAB I
PENDAHULUAN


1.1         Latar Belakang
PHBS merupakan sebuah upaya preventif bagi masyarakat agar dapat sadar dan mampu berperan aktif dalam menjaga dan meningkatkan kesehatannya. Menurut Kemenkes RI PHBS adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat.
PHBS di Rumah Tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. Indikator PHBS dalam rumah tangga yaitu persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, memberi bayi ASI eksklusif, menimbang bayi dan balita, menggunakan air bersih, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, menggunakan jamban sehat, memberantas jentik di rumah, makan buah dan sayur setiap hari, melakukan aktivitas fisik setiap hari, dan tidak merokok di dalam rumah. Pencapain PHBS di Indonesia pada tahun 2014 dalam data profil kesehatan Indonesia sebanyak 56,58%. Dalam kesempatan kali ini kelompok kami akan membahas Indikator ke 10 PHBS tatanan rumah tangga yaitu tidak merokok di dalam rumah.
Dr Douglas Bettcher, Director of Tobacco Free Initiative WHO dalam artikel detikHealth mengatakan bahwa regulasi yang ada di Indonesia sangat permisif bagi industri rokok. Inilah yang menjadikan jumlah perokok di Indonesia menempati urutan ketiga terbanyak di dunia. Hasil laporan WHO 2008 dengan statistik jumlah perokok 1.35 miliar orang, negara dengan perokok terbanyak yaitu China  390 juta perokok atau 29% per penduduk, India 144 juta perokok atau 12.5% per penduduk dan Indonesia  65 juta perokok atau 28 % per penduduk (~225 miliar batang per tahun).
Dalam data RISKESDAS pevelensi perokok di Jawa Barat pada tahun 2010 sebanyak 37,7%, pada tahun 2013 sebanyak 32,7%. Menurut Retna Siwi Patmawati, peneliti Pusat Kajian Bioetika Fakultas Kedokteran UGM, seperti dilansir laman UGM dalam viva.com mengatakan bahwa, 88% laki-laki merokok di dalam rumah yang terdapat wanita dan anak-anak serta sebanyak minimal 4 batang sehari merokok di dalam rumah.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor, Triwandha Elan saat melakukan sosialisasi Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di Kota Bogor mengatakan  bahwa berdasarkan survei yang dilakukan tahun 2006 lalu diketahui jumlah kepala keluarga miskin di Kota Bogor mencapai 41.398. Dari jumlah ini sekitar enam puluh persennya atau setara dengan 24.800 KK merupakan perokok aktif.(pikiranrakyat.com).
Dalam Data Puskesmas Cipaku menyebutkan bahwa prevalensi Perokok dalam rumah di Kelurahan Kertamaya pada tahun 2014 sebanyak 48,1% dan pada tahun 2015 sebanyak 35,3% dari jumlah Kepala Keluarga (KK) 1.328.
Perilaku merokok didalam rumahpun muncul karena adanya faktor internal (faktor biologis dan faktor psikologis, seperti perilaku merokok dilakukan untuk mengurangi stres) dan faktor eksternal (faktor lingkungan sosial, seperti terpengaruh oleh teman sebaya). Sari dkk (2003) menyebutkan bahwa perilaku merokok adalah aktivitas menghisap atau menghirup asap rokok dengan menggunakan pipa atau rokok. Menurut Ogawa (dalam Triyanti, 2006) dahulu perilaku merokok disebut sebagai suatu kebiasaan atau ketagihan, tetapi dewasa ini merokok disebut sebagai tobacco dependency atau ketergantungan tembakau. Hal ini yang menyebabkan tingginya angka perokok di Indonesia.
1.2         Rumusan Masalah
Bagaimana dialog komunitas warga di posyandu dalam menangani perilaku merokok didalam rumah ?
1.3         Tujuan
Mengetahui bagaimana dialog komunitas yang terjadi pada masyarakat rt02 rw 02.
1.4         Lokasi
Pada penelitian ini kelompok kami meneliti di Kelurahan Kertamaya Rt 02/02.
1.5         Rencana Kerja
a.             Berpartisipasi bersama kader posyandu
b.             Mengamati proses para kader pada saat menghadapi masyarakat
c.              Melakukan wawancara kepada rt dan rw






























BAB II
LANDASAN TEORI







2.1         Dialog Masyarakat (comunity Dialog)
Dialog masyarakat suatu proses berurutan atau serangkaian langkah-langkah yang dapat terjadi dalam masyarakat, beberapa dari mereka secara bersamaan, dan yang menjadi solusi umum untuk pemecahan masalah. Pengalaman sebelumnya menunjukkan bahwa jika langkah ini berhasil diselesaikan,Tindakan masyarakat akan lebih mungkin untuk sukses. Dalam hal ini, ini adalah Model deskriptif, salah satu yang dapat digunakan untuk menggambarkan dan menjelaskan mengapa tindakan-tindakan masyarakat sebelumnya berhasil atau tidak berhasil. Dalam arti lain, itu adalah model preskriptif, salah satu yang dapat digunakan oleh para pemimpin lokal dan perubahan perantara eksternal (mis ; LSM) untuk meningkatkan kemungkinan bahwa tindakan masyarakat akan berhasil.
Dialog masyarakat di mana anggota dari masyarakat mengambil tindakan sebagai kelompok untuk memecahkan masalah umum, seperti tingkat tinggi diare, kurangnya air minum dan sebagainya, yang mengarah tidak hanya untuk penurunan prevalensi penyakit dalam masyarakat tetapi juga untuk perubahan sosial yang meningkatkan kapasitas kolektif untuk memecahkan masalah baru.
Dialog komunitas memiliki model katalisator. Model ini menjelaskan, proses berulang dinamis yang dimulai dengan "katalis / stimulus" yang di dapat dari eksternal atau internal untuk katalis community. Hal ini,  mengarah ke dialog dalam komunitas bahwa ketika efektif, menyebabkan gabungan tindakan dan resolusi masalah umum. Model ini mengidentifikasi enam katalis potensial:
1      Sebuah stimulus internal yang dapat merangsang masyarakat menyadari sebuah masalah  , timbulnya epidemi seperti AIDS, peningkatan nyata dalam kematian ibu atau, saran dari seorang pemimpin lokal yang merangsang anggota masyarakat untuk berbicara dengan salah satu lain tentang masalah kesehatan.
2       Sebuah agen perubahan, seperti yang digunakan di sebagian besar LSM intervensi komunitas, dapat mengunjungi sebuah komunitas untuk memulai diskusi tentang "kebutuhan yang dirasakan" atau dari tertentu masalah kesehatan dalam rangka mendorong masyarakat untuk mengambil beberapa jenis tindakan kolektif.
3      Sebuah inovasi, seperti solusi rehidrasi oral baru, vaksin baru atau ketersediaan tipe baru klorin disinfektan air, dapat merangsang masyarakat untuk berbicara tentang adopsi.
4       Kebijakan yang mendorong masyarakat untuk bertindak, seperti Undang-undang baru yang mengharuskan semua anak untuk menyelesaikan primer pendidikan.
5       Ketersediaan teknologi, seperti metode suntik kontrasepsi atau peralatan penggalian mekanik, dapat merangsang masyarakat untuk berbicara tentang keluarga berencana atau untuk mempertimbangkan kembali pembangunan sumur-sumur baru.
6       Media massa, termasuk pesan yang dirancang untuk mempromosikan perilaku individu atau tindakan kolektif, dapat merangsang anggota komunitas untuk mengadopsi perilaku atau meniru komunitas lain yang telah mencapai beberapa tujuan bersama dengan bekerja sama.
Katalis dalam model merupakan pemicu tertentu yang memulai dialog masyarakat tentang spesifik isu yang memprihatinkan atau kepentingan masyarakat.  katalis adalah bagian yang hilang di sebagian besar literatur tentang komunikasi pembangunan. Banyak literatur yang ada menyiratkan bahwa masyarakat secara spontan memulai dialog dan tindakan atau yang eksternal agen perubahan kunjungan masyarakat untuk memobilisasi masyarakat. Pengalaman telah menunjukkan bahwa masyarakat jarang memulai dialog tentang masalah spontan, dan bahwa beberapa yang mengambil tindakan pada mereka sendiri tanpa dikunjungi oleh eksternal agen perubahan.
2.1.1   Langkah Dialog Komunitas
10 langkah dalam melakukan dialog komunitas :
a      Pengakuan Masalah. 
Masyarakat menjadi sadar akan keberadaan masalah. Misalnya, para perempuan mencuci pakaian bersama sama di sungai dan pada suatu saat mereka menemui kejadian luar biasa (KLB) penyakit diare terjadi pada anak mereka. Para ibu tersebut menyadari bagaimana hal ini dapat terjadi.
b     Identifikasi masalah dan Keterlibatan Pimpinan dan Stakeholder.
Setelah mengakui bahwa ada masalah, para ibu rumah tangga akan bertanya kepada suami atau orang tua mereka, tokoh masyarakat. Seorang pelatih akan memecahkan masalah dengan cara :
a.    Mengunjungi rumah-rumah atau pertemuan masyarakat
b.    Mengindetifikasi masalah dan membantu memecahkan masalah
c.     Dan para stakeholders yang berpengaruh terhadp terjadinya masalah akan membantu masyarakat untuk memecahkan masalah.
c      Klarifikasi Persepsi.
 Ada kemungkinan bahwa berbeda persepsi dari masalah yang ada di antara anggota masyarakat. Sebagai contoh, beberapa orang mungkin berpikir bahwa masalah ini disebabkan oleh persediaan makanan, sementara yang lain berpikir bahwa air sedang terkontaminasi. Orang lain mungkin melihatnya sebagai masalah mencuci tangan tidak memadai karena saat ini kekeringan atau kekurangan sabun. Dialog diperlukan untuk menciptakan saling pengertian (Kerangka kerja umum) yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah. Hanya setelah persepsi tersebut telah diklarifikasi dan sudut pandang yang berbeda diperbaiki dapat di proses bergerak maju dengan pemahaman yang jelas tentang bagaimana masalah harus ditangani.
d     Pendapat atau gagasan individu dan  Kebutuhan.
Setiap masyarakat memiliki gagasan atau pendapat dai suatu masalah dan kebutuhannya dalam menyelesaikan masalah. Tokoh masyarakat harus dapat menyelesaikan konflik sehingga masyarakat merasa puas dan tidak ada hambatan dalam komunikasi. Dan keterlibatan masyarakat dalam menyelesaikan suatu masalah harus tetap di awasi leh pihak-pihak terkait. 
e      Visi Masa Depan.
Setiap masyarakat ingin melihat apa yang terjadi dimasa yang akan datang, dalam dialog masyarakat ini peru ditekankan bahwa visi masa yang akan datang merupakan visi bersama yang manfaatnya dirasakan bersama.
f       Penilaian saat ini.
Masyarakat harus memiliki tujuan dan ukuran dalam keberhasilan tujuan tersebut. Masyarakat harus mengetahui sejauh mana mereka saat ini dalam mencapai visi bersama, hal ini dapat di indentifikasikan dengan penlilaian kualitatif dan kuantitatif contoh : Kuantifikasi masalah akan memberikan ide yang jelas tentang ukuran masalah, misalnya, jumlah anak-anak yang terkena diare pada minggu terakhir, jumlah anak-anak yang meninggal karena diare di tiga terakhir bulan, jumlah ibu yang telah meninggal selama pengiriman pada tahun lalu, jumlah anak yatim baru yang dihasilkan dari AIDS dan sebagainya.
Penilaian kualitatif akan mempertimbangkan apa jenis diare yang terjadi dan bagaimana hal itu berbeda dari tahun-tahun sebelumnya dan jika merespon sama sekali terhadap antibiotik dan terapi rehidrasi oral. Kecuali ukuran yang jelas dari masalah didirikan akan sulit untuk menetapkan tujuan untuk tindakan, dan kemudian menentukan apakah kemajuan sedang dibuat kemudian.
g      Pengaturan sasaran .
 Apa yang diharapkan masyarakat dalam menyelesaikan masalah tersebut . Misalnya dari 23.000 masayarakat yang mengalami diare sebanyak 20.000, harapannya dari 20.000 enderira setiap bulan dapat turun 10.000 perbulan.
Perbandingan yang diharapkan dari status penyakit dan menetapkan tujuan yang nyatanya dapat menjadi motivasi bagi masyarakat (Zander,1971). Penelitian telah menunjukkan bahwa jika tujuannya diatur terlalu tinggi, dan  tidak realistis, maka motivasi akan rendah. Kelompok ini tidak akan memiliki rasa yang cukup percayadiri atau keyakinan bahwa apa pun yang mereka lakukan akan membuat sebuah perbedaan. Jika tujuannya diatur terlalu rendah, maka dapat dicapai dengan hampir tidak ada tindakan, dan motivasi akan juga menjadi rendah. penetapan tujuan moderat yang dicapai menciptakan tingkat tinggi motivasi kelompok yang diperlukan bagi orang untuk mengambil tindakan yang cukup untuk memecahkan masalah.
h     Merinci rencana untuk tindakan.
Kotak ini adalah jawaban untuk pertanyaan: Apa jenis tindakan yang dapat diambil untuk mencapai tujuan dengan yang semua orang sepakat? Ini berarti identifikasi sumber baik di dalam dan di luar komunitas serta orang atau kelompok yang dapat membawa mereka keluar.  Misalnya diare, masyarakat perlu memutuskan apakah untuk membangun kakus baru, membangun lokasi lanjut dari desa untuk buang air besar,  anggota masyarakat dapat untuk mencuci tangan mereka dengan tepat setelah buang air besar dan sebelum menyiapkan dan menangani makanan, meningkatkan pengolahan air atau mendidih, konstruksi sumur baru, dll Satu atau semua di atas? Dalam rangka apa prioritas? Mendapatkan konsensus pada tindakan dapat juga menimbulkan konflik atau kurangnya komitmen. Jika cukup konsensus tidak tercapai, maka tujuan dan / atau program aksi mungkin harus dibahas lagi. Jika tidak ditangani dengan sukses, keseluruhan Proses dialog masyarakat dapat memecah untuk baik, dan masalah bisa menetap atau memburuk sementara tidak ada yang dilakukan.
i        Kesepakatan tindakan .
Setelah rencana di rinci, perlu adanya kesepakatan dari masyarakat. Hal ini bukan hanya untuk menetapkan sumber daya tetapi juga membuatorang menjadi relawan atau untuk menetapkan program untuk berbagai masyarakat. Sehingga masyarakat akan berpartisipasi aktif dan tindakan yang mereka lakukan sebagai “milik bersama” dan kemungkinan besar mereka akan mengambil tindakan. Demikian juga, semakin masyarkatmenyadari hal ini milik bersama maka mereka akan terlibat dan berkomitmen sehingga pemberdayaan masyarakat dan rasa kolektif sel-efficacy akan mengembang.
j        Rencana Aksi.
Mengatur setiap aksi yang akan dilakukan dan siapa yang akan bertanggung jawab dalam setiap aksi tersebut. Sehingga, dapat berjalan dengan efektiv dan dapat mencapai tujuan yang diharapkan.
2.2         PHBS Tatanan Rumah Tangga
PHBS di Rumah Tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam kesehatan dimasyarakat. Manfaat Rumah Tangga Ber-PHBS :
A              Bagi Rumah Tangga :
I.               Setiap anggota keluarga menjadi sehat dan tidak mudah sakit.
II.              Anak tumbuh sehat dan cerdas.
III.            Anggota keluarga giat bekerja.
IV.           Pengeluaran biaya rumah tangga ditujukan untuk memenuhi gizi keluarga, pendidikan dan modal usaha untuk menambah pendapatan keluarga.
B          Bagi Masyarakat :
I.        Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan sehat, mencegah dan menanggulangi masalah-masalah kesehatan
II.      Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.
III.    Masyarakat mampu mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumber masyarakat (UKBM) seperti Posyandu, tabungan ibu bersalin, arisan jamban, ambulans desa dan lain-lain.
10 indikator PHBS di Rumah Tangga :
A                   Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
Tenaga kesehatan merupakan orang yang sudah ahli dalam membantu persalinan, sehingga keselamatan ibu dan bayi lebih terjamin. Disamping itu dengan ditolong oleh tenaga kesehatan, apabila terdapat kelainan dapat diketahui dan segera ditolong atau dirujuk ke Puskesmas atau Rumah Sakit. Jika ibu bersalin ditolong oleh tenaga kesehatan maka peralatan yang digunakan aman, bersih dan steril sehingga mencegah terjadinya infeksi dan bahaya kesehatan lainnya
B                    Memberi Bayi ASI Ekslusif
ASI adalah makanan alamiah berupa cairan dengan kandungan zat gizi yang cukup dan sesuai untuk kebutuhan bayi, sehingga tumbuh dan berkembang dengan baik. Manfaat memberi ASI bagi ibu adalah dapat menjalin hubungan kasih sayang antara ibu dan bayi, mengurangi pendarahan setelah persalinan, mempercepat pemulihan kesehatan ibu, dapat menunda kelahiran berikutnya, mengurangi risiko kena kanker payudara dan lebih praktis karena ASI lebih mudah diberikan pada saat bayi membutuhkan. Asi ekslusif diberikan pada bayi usia 0-6 bulan.
C                    Menimbang Bayi dan Balita setiap bulan
Penimbangan bayi dan balita dimaksudkan untuk memantau pertumbuhannya setiap bulan. Menimbang secara rutin di posyandu akan terlihat perkembangan berat badannya apakah naik atau tidak. Manfaatnya, dapat mengetahui apakah balita tumbuh sehat, tahu dan bisa mencegah gangguan pertumbuhan balita, untuk mengetahui balita sakit (demam, batuk, pilek, diare), jika berat badan dua bulan berturut-turut tidak naik atau bahkan balita yang berat badannya dibawah garis merah (BGM) dan dicurigai gizi buruk, sehingga dapat dirujuk ke Puskesmas. Datang secara rutin ke Posyandu juga berfungsi untuk mengetahui kelengkapan imunisasi serta untuk mendapatkan penyuluhan gizi.
D                   Menggunakan Air Bersih
Manfaat menggunakan air bersih diantaranya agar kita terhindar dari gangguan penyakit seperti diare, kolera, disentri, thypus, kecacingan, penyakit mata, penyakit kulit atau keracunan. Dan dengan menggunakan air bersih setiap anggota keluarga terpelihara kebersihan dirinya.
E                    Mencuci Tangan dengan Air Bersih Yang Mengalir dan Sabun
Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir adalah salah satu tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan dan jari jemari menggunakan air mengalir dan sabun oleh manusia untuk menjadi bersih dan memutuskan mata rantai kuman. Cuci tangan pakai sabun dan air mengalir ini di kenal dengan istilah 7 Langkah.
F                      Menggunakan WC/Jamban Sehat
Anggota rumah tangga menggunakan wc yang sehat untuk BAB dan BAK yaitu yang memenuhi syarat kesehatan (leher angsa dengan septic tank, cemplung tertutup yang terjaga kebersihannya).
G                   Memberantas jentik di rumah sekali seminggu.
Rumah bebas jentik adalah rumah tangga yang setelah dilakukan pemeriksaan jentik secara berkala tidak terdapat jentik nyamuk dengan pola Melaksanakan 4M, yaitu:
a. Menguras tempat penampungan air bersih sekurang-kurang seminggu sekali.
b. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air dan
c. Mengumpul, mengubur atau memanfaatkan barang-barang bekas yang dapat menampung air
d. Memantau jentik nyamuk secara berkala.
H                   Makan Buah dan Sayur Setiap Hari
Mengkonsunsi minimal 3 porsi buah dan 2 porsi sayuran atau sebaliknya setiap hari karena buah Mengandung vitamin, mineral, dan serat yang mengatur pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh serta memelihara pencernaan.
I                      Melakukan Aktivitas Fisik Setiap Hari
Aktifitas fisik bisa berupa: Olah raga, jalan santai, ataupun maraton yang bertujuan untuk meningkatkan tingkat kesehatan tubuh.
J                      Tidak merokok di dalam rumah.
Rokok berbahaya tidak saja bagi perokok tetapi juga terhadap orang–orang disekelilingnya, untuk itu hindarilah untuk merokok di dalam rumah.
2.3         Perilaku
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003). Menurut Notoatmodjo, 2003:8, perilaku diklasifikasikan menjadi dua macam yaitu;
                                           i.          Perilaku tertutup (convert behavior) yaitu respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tertutup yang sebatas pada perhatian persepsi, pengetahuan, kesadaran dan sikap yang belum dapat diamati secara jelas.
                                         ii.           Perilaku terbuka (overt behavior) yaitu tanggapan seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka yang dengan mudah dapat dilihat oleh orang lain (dalam arisandi.com dipublikasikan pada tanggal 11 Februari 2012).
Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus – Organisme – Respon.
Perilaku merupakan suatu pengembangan pribadi yang di manifestasikan ke dalam tindakan individu yang dapat diamati atau diobservasi secara objektif (Hendropuspito, 1991:160). Pada manusia perilaku psikologis inilah yang dominan, sebagian besar perilaku manusia merupakan perilaku yang dibentuk, perilaku yang diperoleh, perilaku yang dipelajari melalui proses belajar. Perilaku yang reflektif pada dasarnya merupakan perilaku yang tidak dapat dikendalikan. Hal itu dikarenakan perilaku reflektif merupakan perilaku yang alami, bukan dibentuk.
2.3.1.            Perilaku Merokok
Para ilmuwan psikologi umumnya sesuai dalam pendapat bahwa pokok persoalan psikologi adalah perilaku, namun tetap terdapat perbedaan yang besar sekali dalam pendapat mereka mengenai hal-hal apa saja tepatnya yang harus dimasukkan ke dalam kategori perilaku tersebut. Dalam pengertian paling luas, perilaku ini mencakup segala sesuatu yang dilakukan atau dialami seseorang. Ide-ide, impian-impian, reaksi-reaksi kelenjar, lari, menggerakkan sesuatu, semuanya itu adalah perilaku. Dengan kata lain, perilaku adalah sebarang respon (reaksi, tanggapan, jawaban, balasan) yang dilakukan oleh suatu organisme. Sedangkan menurut pengertian yang lebih sempit, perilaku hanya mencakup reaksi yang dapat diamati secara umum atau objektif (Chaplin, 2005). Hampir sama dengan definisi tersebut, Atkinson dkk (tanpa tahun) menyatakan bahwa perilaku adalah aktivitas suatu organisme yang dapat dideteksi. Munculnya perilaku dari organisme ini dipengaruhi oleh faktor stimulus yang diterima, baik stimulus internal maupun stimulus eksternal.
Seperti halnya perilaku lain, perilaku merokok pun muncul karena adanya faktor internal (faktor biologis dan faktor psikologis, seperti perilaku merokok dilakukan untuk mengurangi stres) dan faktor eksternal (faktor lingkungan sosial, seperti terpengaruh oleh teman sebaya). Sari dkk (2003) menyebutkan bahwa perilaku merokok adalah aktivitas menghisap atau menghirup asap rokok dengan menggunakan pipa atau rokok. Menurut Ogawa (dalam Triyanti, 2006) dahulu perilaku merokok disebut sebagai suatu kebiasaan atau ketagihan, tetapi dewasa ini merokok disebut sebagai tobacco dependency atau ketergantungan tembakau. Tobacco dependency sendiri dapat didefinisikan sebagai perlaku penggunaan tembakau yang menetap, biasanya lebih dari setengah bungkus rokok per hari, dengan adanya tambahan distres yang disebabkan oleh kebutuhan akan tembakau secara berulang-ulang. Perilaku merokok dapat juga didefinisikan sebagai aktivitas subjek yang berhubungan dengan perilaku merokoknya, yang diukur melalui intensitas merokok, waktu merokok, dan fungsi merokok dalam kehidupan sehari-hari (Komalasari & Helmi, 2000). Sementara Leventhal & Cleary (1980) menyatakan bahwa perilaku merokok terbentuk melalui empat tahap, yaitu: tahap preparation, initiation, becoming a smoker, dan maintenance of smoking.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku merokok adalah aktivitas menghisap atau menghirup asap rokok dengan menggunakan pipa atau rokok yang dilakukan secara menetap dan terbentuk melalui empat tahap, yaitu: tahap preparation, initiation, becoming a smoker, dan maintenance of smoking.
2.4         Peran Kader Posyandu, Tokoh Masyarakat, dan Masyarakat dalam Pembangunan Kesehatan
Jika kita berbicara masalah kesehatan maka masalah kesehatan itu bukan saja berbicara  soal teori dalam suatu lingkungan masyarakat itu sendiri, karena terkadang masyarakat mengalami beberapa masalah  tentang penyakit, kesehatan lingkungan. Namun masalah itu juga berbicara bagaimana aplikasi atau penerapan dari teori tersebut untuk menyelsaikan masalah kesehatan masyarakat sehingga berguna untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat. Persoalan peningkatan derajat kesehatan serta pengiplementasian perilaku yang diharapkan di pengaruhi juga dengan kondisi peran kader, dan tokoh masyarakat.
Peran kader juga berpengaruh terhadap tingkat kesadaran masyarakat. Peran kader adalah posisi seseorang dalam struktur sosial atau mengidentifikasi tentang pola interaksi sosial seseorang berhubungan dengan orang lain. Tingkat peranan seseorang di dalam suatu kegiatan khususnya peran kader posyandu adalah sebagai berikut:
1               Pelaksana
Dalam kegiatan Posyandu kader memegang peranan pelaksana kegiatan posyandu dan menggerakkan keaktifan ibu.
2               Pengelola
Kader aktif dalam berbagai kegiatan, bahkan tidak hanya dalam pelaksanaan tetapi juga hal-hal yang bersifat pengelolaan seperti perencanaan kegiatan, pencatatan dan pelaporan pertemuan kader. (Depkes RI,2006:17)
Tokoh masyarakat atau dalam lingkup kecil suatu wilayah di sebut dengan Rukun Tetangga (RT)pun sangat berpengaruh terhadap peningkatan kesehatan masyarakat. Peran Ketua RT sebagai pemimpin masyarakat dalam adalah sebagai berikut :
1               Peran antar pribadi
Merupakan peran yang melibatkan orang dan kewajiban lain, yang bersifat seremonial dan simbolis. Peran ini meliputi peran sebagai figur untuk anak buah, pemimpin, dan penghubung.
2                 Peran informasional
Meliputi peran manajer sebagai pemantau dan penyebar informasi, serta peran sebagai juru bicara.
3               Peran pengambilan keputusan
Yang termasuk dalam kelompok ini adalah peran sebagai seorang wirausahawan, pemecah masalah, pembagi sumber daya, dan perunding.
Ketua RT sebagai seorang pemimpin di suatu wilayah yang cakupannya kecil pula memiliki peran di masyarakat, sebagai berikut :
1          Tokoh masyarakat  sebagai mediator dalam memecahkan masalah
2          Tokoh Masyarakat sebagai motivator terhadap masyarakatnya
3          Tokoh Masyarakat  mempunyai peran penting dalam pengambil keputusan
4          Tokoh Masyarakat diharuskan bisa menguasai semua permasalahan dan dapat diselesaikan dengan musyawarah dan pemikiran yang baik sebelum memutuskannya.
Peran serta masyarakat adalah suatu bentuk bantuan masyarakat dalam hal pelaksanaan upaya kesehatan preventif, promotif, kuratif dan rehabilitattif dalam bentuk bantuan tenaga, dana, sarana, prasarana serta bantuan moralitas sehingga tercapai tingkat kesehatan yang optimal.
Peran serta masyarakat adalah proses untuk :
1        menumbuhkan dan meningkatkan tanggung jawab individu, keluarga terhadap kesehatan / kesejahteraan dirinya, keluarganya dan masyarakat
2        mengembangkan kemampuan untuk berkontribusi dalam pembangunan kesehatan, sehingga individu / keluarga tumbuh menjadi perintis pembangunan (agent of development) yang dilandasi semangat gotong royong.







BAB III
KERANGKA PENELITIAN DAN DEFINISI OPRASIONAL








3.1         Kerangka Teori
Kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori perubahan perilaku Lawrence Green (law Green), Teori Status Kesehatan H.L Bloom (1968) dan Teori Dialog Komunitas Figueroa and Kincaid.
Dalam rangka merubah perilaku merokok di rumah pada masyarakat kelurahan Kertamaya Rt 02 rw 02 melalui dialog komunitas. Bagaimana peran komunitas di wilayah tersebut membangun komunikasi yang persuasif sehingga perilaku masyarakat dapat berubah sesuai dengan perilaku yang diharapkan.
Dialog komunitas menentukan perilaku masyarakat tersebut dalam problem merokok di dalam rumah. Pada teori perubahan perilaku Law Green, 1991 menyebutkan bahwa pendorong perubahan perilaku memiliki faktor :
1.     Faktor Predisposisi (predisposing factors) yang mencakup pengetahuan individu, sikap, kepercayaan, tradisi, norma sosial dan unsur-unsur lain yang terdapat dalam diri individu dan masyarakat.
2.    Faktor Pendukung (enabling factors) adalah tersedianya sarana pelayanan kesehatan dan kemudahan untuk mencapainya.
3.     Faktor Pendorong (reinforcing factors) adalah sikap dan perilaku petugas kesehatan. Green menyatakan bahwa pendidikan kesehatan mempunyai peranan penting dalam mengubah dan menguatkan ketiga kelompok faktor itu agar searah dengan tujuan kegiatan sehingga menimbulkan perilaku positif dari masyarakat terhadap program tersebut dan terhadap kesehatan pada umumnya.
Teori H.L Blomm mengenai Status Kesehatan masyarakat dipengaruhi :
1               Lingkungan memiliki pengaruh yang dan peranan terbesar diikuti perilaku, fasilitas kesehatan dan keturunan. Lingkungan sangat bervariasi, umumnya digolongkan menjadi tiga kategori, yaitu yang berhubungan dengan aspek fisik dan sosial. Lingkungan yang berhubungan dengan aspek fisik contohnya sampah, air, udara, tanah, ilkim, perumahan, dan sebagainya. Sedangkan lingkungan sosial merupakan hasil interaksi antar manusia seperti kebudayaan, pendidikan, ekonomi, dan sebagainya
2          Perilaku merupakan faktor kedua yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat karena sehat atau tidak sehatnya lingkungan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat sangat tergantung pada perilaku manusia itu sendiri. Di samping itu, juga dipengaruhi oleh kebiasaan, adat istiadat, kebiasaan, kepercayaan, pendidikan sosial ekonomi, dan perilaku-perilaku lain yang melekat pada dirinya.
3          Pelayanan kesehatan merupakan faktor ketiga yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat karena keberadaan fasilitas kesehatan sangat menentukan dalam pelayanan pemulihan kesehatan, pencegahan terhadap penyakit, pengobatan dan keperawatan serta kelompok dan masyarakat yang memerlukan pelayanan kesehatan. Ketersediaan fasilitas dipengaruhi oleh lokasi, apakah dapat dijangkau atau tidak. Yang kedua adalah tenaga kesehatan pemberi pelayanan, informasi dan motivasi masyarakat untuk mendatangi fasilitas dalam memperoleh pelayanan serta program pelayanan kesehatan itu sendiri apakah sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang memerlukan.
4          Keturunan (genetik) merupakan faktor yang telah ada dalam diri manusia yang dibawa sejak lahir, misalnya dari golongan penyakit keturunan seperti diabetes melitus dan asma bronehial.

Gambar 3.1 Kerangka Teori
3.2         Kerangka Konsep
Merujuk dari kerangka teori, penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi yang mendalam tentang dialog komunitas di posyandu rt 02 kelurahan kertamaya yang berpengaruh terhadap perilaku merokok didalam rumah, maka di susunlah kerangka konsep penelitian perdasarkan teori perubahan perilaku Law.green.








Gambar 3.2 Kerangka KonseP
3.3         Definisi Oprasional
Variabel
Definisi
Cara Ukur
Alat Ukur
Hasil Ukur
Informan
Predisposing
faktor – faktor yang berasal dari diri manusia itu sendiri
Wawancara mendalam
Pedoman WM

j

Enabling
yaitu ketersediaan dan keterjangkauan suatu fasilitas oleh manusia itu sendiri, terwujud dalam keberadaan fasilitas, kemudahan untuk meningkatkan kesehatan.
Wawancara mendalam
Pedoman WM

Kader posyandu, ketua RT, Warga setempat
Reinforcing
Yaitu faktor penguat dari luar sehingga masyarakat dapat merubah perilakunya.
Wawancara Mendalam
Pedoman WM

Kader posyandu, ketua RT, Warga setempat
Dialog Komunitas
suatu proses berurutan atau serangkaian langkah-langkah yang dapat terjadi dalam masyarakat, beberapa dari mereka secara bersamaan, dan yang menjadi solusi umum untuk pemecahan masalah.
Wawancara mendalam
Pedoman WM

Kader posyandu, ketua rt, warga
Tabel 3.1 Definisi Oprasiol























BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN




4.1.       Desain Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian kualitatif karena dengan bentuk penelitian ini memungkinkan peneliti untuk dapat menggambarkan objek penelitian secara holistik berdasarkan realitas sosial yang ada di lapangan. Menurut Lexy J.Moleong (2006:3) mengutip pendapat Bodgan dan Taylor (2007:4) “metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data dapat diamati”. Penelitian kualitatif adalah suatu kegiatan untuk menjawab berbagai pertanyaan tentang bagaimana dan mengapa (proses dan makna) dalam pertanyaan nyatanya meliputi sejauh mana”. Sesuai dengan karakteristik data yang bersifat kualitatif maka penelitian menggunakan metode kualitatif deskriptif. Menurut Whitney yang dikutip Moh. Nazir (1988: 63),  deskriptif merupakan pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat.
Pada penelitian ini menggunakan pendekatan prespektif emic dan prespektif etic dengan strategi kasus agar dapat menangkap fenomena-fenomena yang terjadi pada masyarakat agar di kaji lebih mendalam. Analisis data secara induktif sehingga hasil penelitian dapat di rundingkan dan di sepakati bersama agar kevaliditasan dan kereabilitasan penelitian dapat terjamin. Informasi yang diperoleh di lapangan tersebut kemudian di susun ke dalam teks yang menekankan pada masalah proses dan makna. Informasi atau data tersebut berupa keterangan, pendapat, pandangan yang berkaitan dengan variable Predsposing factor, enabling factor, dan Reinforcing Factor yang di ambil dari prespektif dialog komunitas  menurut bla bla yang dihubungkan dengan perilaku merokok di dalam rumah.
Desain pada penelitian ini bersifat naturalistic, empirisme, sumber data jamak, analisis data induktif, partisipan dan disesuaikan pada kondisi yang terjadi di lapangan. Peneliti meneliti secara langsung ke lapangan dan berinteraksi langsung dengan informan sehingga mendapatkan informasi sedalamnya tanpa intervensi apapun sehingga informasi yang di dapat sesuai dengan fakta di lapangan dan informasi yang didapat setiap saat dapat berubah sesuai dengan pengetahuan yang beru di dapat.
Pada penelitian ini di maksudkan mendeskripsikan dan interpretasi suatu kelompok social dalam Dialog Komunitas Terhadap Peningkatan Pencapaian PHBS Tatanan Rumah Tangga dalam Menangani Prilaku Merokok dalam Rumah di Posyandu Wilayah Kelurahan Kertamaya Rt 02 Rw 02Waktu dan Tempat Penelitian
4.2.       Waktu dan Tempat Penelitian
Peneliti meneliti di Kabupaten Bogor tepatnya di Kelurahan Kertamaya rt 02 rw 02 pada tanggal 27 April 2016 – 16 Mei 2016
4.3.       Teknik Pengambilan Informan
Teknik pemngambilan informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik Purposive Sampling (Sampling bertujuan). “Purposive Sampling adalah dimana peneliti cenderung memilih informan yang dianggap tahu mengetahui informasi dan masalahnya secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap” (HB.Sutopo, 2002: 56).
Teknik purposive sampling dalam penelitian ini adalah peneliti tidak menjadikan semua orang sebagain informan, tetapi peneliti memilih informan yang dipandang cukup tahu dan cukup memahami tentang dialog komunitas serta orang-orang dapat diajak bekerja sama seperti orang yang bersikap terbuka dalam menjawab semua pertanyaan yang diajukan peneliti.           
Informan pada penelitian ini adalah keseluruhan subyek yang karakteristiknya ingin diketahui dalam penelitian, merupakan bagian dari informan untuk menerapkan hasil penelitian. Berdasarkan tujuan penelitian untuk mengetahui besarnya factor presiposing , enabling, dan reinforcing, pada dialog komunitas yang berpengaruh terhadap perilaku merokok didalam rumah. Informan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
NO
INFORMAN
JENIS KELAMIN
1.
warga 1
Wanita
2.
Kader posyandu
Wanita
3.
Tokoh masyarakat
Pria
             Tabel 4.1 data informan
4.1         Sumber Pengambilan Data
Menurut Lofland dan Lofland yang dikutif Lexy J.Moleong (2002: 112), “sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain”. Sedangkan H.B Sutopo, (2002: 50) mengatakan, “sumber data dalam penelitian kualitatif secara menyeluruh berupa narasumber atau informan; peristiwa atau aktivitas; tempat atau lokasi; benda, beragam gambar informasi dapat digali untuk menjawab dan memahami masalah yang telah dirumuskan. Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data primer dan sumber data sekunder
                    I.              Data Primer
Data primer adalah secara langsung diambil dari objek penelitian oleh peneliti baik perorangan maupun organisasi. Data pada penelitian ini berupa hasil wawancara mendalam yang dilakukan peneliti dengan 3 warga, tokoh masyarakat dan  petugas kesehatan di kelurahan kertamaya rt 02 rw 02 dengan menggunakan pedoman wawancara yang di bantu dengan alat tape recorder dan kamera.
                  II.              Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari objek penelitian. Peneliti mendapatkan data yang sudah jadi yang dikumpulkan oleh pihak lain dengan berbagai cara atau metode baik secara komersial maupun non komersial.
Data sekunder pada penelitian ini bersumber dari artikel , media masa, dan jurna-jurnal terpecaya lainnya sebagai rujukan dan memperkuat data.
4.4.       Validitas dan Reabilitas Data
Agar hasil penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah maka diperlukan adanya validitas data untuk menjaga keabsahan data yang dikumpulkan, validitas data merupakan sarana untuk membuktikan bahwa penelitian kualitatif merupakan penelitian yang ilmiah. Validitas data dalam penelitian ini dilakukan secra trianggulasi data atau sumber. Trianggulasi sumber menggunakan beberapa sumber data untuk mengumpulkan data dengan permasalahan sama, artinya bahwa data yang di lapangan diambil dari sumber objek penelitian yang berbeda-beda, data yang diperoleh melalui sumber (Paton dalam H.B sutopo, 2002:78). Hal ini dilakukan dengan cara membandingkan hasil wawancara antara informan yang satu dengan informan yang lain.
Pengujian validitas dan reabilitas pada penelitian kualitatif di lakukan dengan :
I                 Perpanjang pengamatan
Pada penelitian ini peneliti melakukan pengamatan lapangan dan sumber data, dan melakukan wawancara kembali dengan sumber data yang sama, sehingga data yang di dapat oleh peneliti dapat terjamin kevaliditasannya dan reabilitasannya.
II               Peningkatan Ketekunan dalam Penelitian
Pada penelitian ini peneliti melakukan pengamatan sumber data lebih cermat, berkesinambungan. Peneliti melakukan pengamatan sumber data secara terus-menerus sehingga data yang di dapat tidak ada informasi yang disembunyikan dari informan.
III             Triangulasi
1               Triangulasi Sumber
Pada penelitian ini peneliti meneliti 3 ibu warga, tokoh masyarakat, dan petugas kesehatan. Peneliti meneliti kategori informan yang berbeda sehingga data yang diperoleh  memiliki derajad ketepatan, konsistensi, dan stabilitas yang benar dan sama.
2        Triangulasi Metode
Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode observasi dan wawancara mendalam sehingga sumber data dapat terjamin kevaliditasannya dan reabilitasannya.
3        Triangulasi data
Analisis di lakukan oleh 3 orang kepada  informan warga , tokoh masyarakat, dan petugas kesehatan.
4        Referensi
Data yang diperoleh peneliti di dukung dengan rekaman suara, rekaman  gambar, foto-foto informan dan lingkungan penelitian sehingga data yang diperoleh peneliti dapat dipercaya.
4.5.       Prosedur Penelitian
I                 Tahap Persiapan
Menentukan focus penelitian yaitu “Dialog Komunitas Terhadap Peningkatan Pencapaian PHBS Tatanan Rumah Tangga dalam Menangani Prilaku Merokok dalam Rumah di Posyandu Wilayah Kelurahan Kertamaya Rt 02 Rw 02” . Studi kepustakaan yang peneliti jadikan acuan adalah perubahan perilaku menurut Law Green yaitu Predisposing, enabling, dan reinforcing.
II               Persiapan pengumpulan data
Penentuan informan, pada penelitian ini peneliti menentukan 3 warga sebagai informan, 1 tokoh masyarakat, dan 1 petugas kesehatan sebagai informan pelengkap dan penguat data. Setelah menentukan informan, peneliti menyusun pedoman wawancara mendalam untuk pengambilan data nantinya.
III             Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini ada 2 yaitu data primer dan data sekunder. Data primer pada penelitian ini di dapat melalui wawancara mendalam kepada informan dan data sekunder pada penelitian ini di dapat melalui media elektronik (internet), jurnal, data nasional seperti Riskesdas, Menkes sehingga dapat terjamin kebenaran datanya.
IV            Pengolahan Data
Setelah dilakukan pengumpulan data melaui wawancara mandalam, selanjutnya peneliti melakukan :
1      proses transkip dari hasil wawancara yang dilakukan. 
2      Transkip dikelompokan sesuai dengan variabel yang yang telah di teliti
3      Data disusun per variael untuk setiap informan
4      Data dipilih dengan memilih data yang memiliki kaitan dengan variabel dalam bentuk matriks. Data yang diperoleh dari hasil wawancara ditulis dalam bentuk transkip, setelah itu dari hasil transkip dibuat resuma dalam bentuk matriks, kemudia dianalisa dengan membandingkan teori yang ada.
V              Analisis data
Data yang diperoleh peneliti setelah di transkip, data di buat matriks sehingga data yang diperoleh dari informan dapat terlihat perbedaan dan persamaannya. Kemudian data dihubungkan dengan teori-teori yang didapat sehingga dapat di simpulkan hasil penelitian tersebut.


BAB V
HASIL DATA
5.1         Gambaran Umum
Wilayah Kelurahan Kertamaya rt 02 memiliki kepadatan penduduk sebanyak 680 penduduk dengan rata-rata pendidikan terakhir SD/MI.  Penduduk yang bermayoritas bekerja sebagai petani dan peternak dengan jumlah 200 penduduk. Pendidikan dan Pekerjaan memiliki pengaruh terhadap kondisi kesadaranya kepada kesehatan (Profil Kelurahan Kertamaya).

5.2         Warga

L
:
Assalamu alaikum bu
I
:
Waalaikum salam
L
:
Maaf bu mengganggu waktunya, kami dari UIKA, mau minta waktu nya 15 menit buat wawancara
I
:
Wawancara apa ya ?
L
:
Tentang kesehatan bu
I
:
Oh, iya gak papa
L
:
Menurut Ibu masalah kesehatan di wilayah sini apa aja ya ?
I
:
Kalau di sini mah biasa aja paling kalau yang udah tua mah stroke, kalau anak kecil pilek, batuk-batuk, gatel-gatel. Kalau yang udah tua mah kan biasa faktor umur
L
:
Kalau manurut ibu anak-anak suka pada pilek batuk kenapa ?
I
:
Kalau kata ibu sih suka pada jajan sembarangan, kalau pergantian cuaca. Tapi anak kecil pada suka batuk pilek mah biasa. Katanya malah bagus dari pada gak sakit
L
:
Pandangan ibu kalau ada yang merokok gimana?
I
:
(tertawa) atuh itu sih ibu juga suka ngerokok kalau lagi setress mah. Kalau menurur ibu sih ngerokok gak baik kan banyak iklannya di tv tapi gimana lagi kalau lagi setress mah.
L
:
Nah, maap nih ya bu. Menurut ibu sendiri gimana cara ibu biar bisa berenti merokok?
I
:
Kalau saya sih kan ngerokoknya jarang jarang ya kalau lagi setress aja kalau gak lagi setress mah gak ngerokok. Kalau lagi sibuk lupa sendiri sih neng.
L
:
Ibu kan sebagai warga, kan disini ada kader posyandu bu. Bagaimana menurut ibu kader posyandu berperan dalam penanganan masalah kesehatan  di sini ?
I
:
Hmm maksudnya gimana neng ?(sambil ketawa)
L
:
Jadi, anatara kader sama masyarakat hubungan komunikasinya bagaimana ?
I
:
Jarang sih neng, paling kalau ada pemberian vitamin bayi aja ktemunya itupun yang punya balita kalau yang enggak punya mah jarang ketemu
L
:
Apakah pernah ada kegiatan yang di adakan kader dan masyarakat mengenai bahaya rokok bu ?
I
 :
Gak tau sih saya mah, soalnya kerja dari pagi ampe sore. Tapi kayaknya kalau pertemuan gitu sih pernah tpi gak tau ngomongin apa . kalau masalah rokok mah gak pernah ada pertemuan kalau bayi balita ada.
L
:
Menurut ibu kalau anatara masyarakat punya pendapat berbeda peran ibu sebagai masyarakat gimana ?
I
:
Yaa harusnya musyawarah neng
L
:
Bu, disini suka ada pertemuan antar warga gak sama pak rt atau rw ?
I
:
Ada tapi jarang banget ,kurang aktif di sini mah, pada sibu kali ya. Paling bapak bapak banyaknya. Kalau saya sih jarang kan suami juga udh gak ada.
L
:
Menurut ibu cara menyamaratakan pendapat yang beda-beda gimana ?
I
:
Kalau pendapat beda sih wajar neng, paling kalau beda gitu tinggal yang paling banyak siapa ya itu pake yang banyak
L
:
Bu menurut ibu kebutuhan yang diperlukan di rt 02 apa bu yang berkaitan dengan kesehatan ?
I
:
Ya puskesmas neng. Kalau harus ke cipaku jauh .ongkos juga lumayan, males juga apa lagi bukanya cmn setengh hari , kalau pagi ampe siang pada sibuk.
L
:
Bu, menurut ibu gimana cara ibu buat ngebangun komunikasi sama kader, tetangga, pak rt ?
I
:
Ya, berbicaranya yang sopan, terus sering-sering ngobrol biar lebih enak ngomongnya harus sering ketemu juga
L
:
Oh iya bu, makasih bu atas waktunya maaf jadi mengganngu kita
I
:
Iya gak papa neng.
L
:
Bagaiamana para kader berkomunikasi dengan masyarakat?
I
:
Komunikasi baik, tapi ya jarang juga
L
:
Apakah ibu sering mengikuti kegiatan posyandu atau rt?
I
:
Jarang neng, saya juga kurang tau kalau ada kegiatan soalnya jarang ada pemberitahuan

5.3         Tokoh Masyarakat

L
:
Bagaimana masalah –masalah kesehatan yang ada di sini ?
B
:
Kalau masalah kesehatan mah gak ada paling kita perlu puskesmas aja
L
:
Bagaimana menurut bapak sebagai ketua Rt untuk menyadarkan tentang masalah merokok di dalam rumah berbahaya ?
B
:
Kalau merokok mah gimana yah kita juga suka merokok
L
:
Selain itu menyadarkan masyarakat bahwa hal itu bermasalah, bagaimana ?
B
:
Kalau ada masalah keluhan masyarakat, keperluan apa, misalkan jalanbelum di aspal, ada keluhan dari masyarakat kita sampaikan kepada kelurahan, lalu ke kecamtan, dari situ langsung kepusat, pengennya masyarakat cepet-cepet gitu mau sekarang bseok harus udah jadi sedanngkan harus ada prosesnya kan, harus ada penialian dulu survei dulu.
L
:
Bagaimana cara bapak berkomunikasi dengan masyarakat ?
B
:
Kalau komunikasi dengan masyarakat mah baik-baik aja,, gak ada keluhan apa apa, ya kalau ada keluhan biasanya lapor kesini, misalkan ada yang sakit mungkin sedikit ada bantuan dari DKM, biasa kan ada pare keliling iap hari jum’at yntuk yang sakit dibawa ke rumah sakit, terus uang meninggal ada dana sedikit untuk mengurangi beban
L
:
Untuk menguraikan masalah-masalah yang ada disni bagaimana ?
B
:
Yang bermusyawarah aja, kita berembug kalau ada masalah kita selesaikan secara kekeluragaan
L
:
Apa setiap minggunya ada forum-forum masyarakat
B
:
Mungkin ada di Rw mungkin rapat-rapat begitu kaya kader kalau ada rapat /pertemuan untuk bersosialisasi apa mau keluar dana baru di panggil rtnya
L
:
Bapakak sebagai ketua rt untuk menyelaraskan pendapat warga bagaimanana ?
B
:
Mungkin mengambil suara yang banyak aja, misalkan ada 1 orang yang cocok tetapi yang 10 gak cocok ya gak bisa juga, itu juga kalau baik kita berembug
L
:
Setelah menemukan titik temu, bapak sebagai ketua Rt bagaimana menyelesaikan masalah ?
B
:
Dikasih pandangan aja, berembug dulu sama tokoh masyarakat tidak langsung bertanya kepada saya, bertanya dulu ke pak Rw kita selesaikan
L
:
Selama ini ada hambatan pa di daerah sini ?
B
:
Gak ada , mungkin hambatanya kalau ada yang sakit , dia gak bisa berobat
L
:
Untuk memecahkan masalah yang ada di masyarakat bagaimana bapak menyelesaikannya ? apa yang pertama bapak lakukan ?
B
:
 Apa ya ? (sambil mikir) soalnya belom ada masalah seperti itu
L
:
Misalkan disini ada masalah tentang penyakit, yang mana masyarakat disini gak tau penyebabnya apa, bapak sebagai ketua Rt yang di bantu kader posyandu, kepala puskesmas bapak untuk membantu memecahkan masalahnya bagaimana ?
B
:
Bagaimana baiknya aja misalkan harus ke Rs ya kita bawa kalau harus ditangani sama masyarakat ya bisa di bantu oleh rt
L
:
Apakah pernah ada pertemuan antar masyarakat untuk membahas permasalahan merokok di dalam rumah
B
:
Kalau itu sih belom ya,, kalau pertemuan biasa mah pernah
L
:
Dipertemuan masyarakat ernah tidak membahas tentang masalah apa yang terjadi di lingkungan ini terus masyarakat sendiri yang membantu ?
B
:
Ya kemungkinan ada banyak sih yang begitu misalkan pengen apa ya masyarakat tanggapi tapi lapor dulu ke kelurahan lalu kalau sduah di tanggapi di kelurahan bagaimana syarat-syaratnya
L
:
Penialian bapak terhadapa masalah di sini bagaimana ?
B
:
Ya otu mah relatif banyak orang yang punya tapi kaya sekarang orang yang ga ada punya itu gak ada sekarang mah sama rata memang keluhan ada dari masyarakat kekrangan dan kelebihan pasti ada dibanding-banding mah merata sekarang mah
L
:
Kalau dari segi kesehatnnya ? mis : masalah merokok di dalam rumah
B
:
Ya kalau ada anak kecil saya larang, jangankan di rumah kita di rumah orang lain kalau ada anak kecil saya larang tapi orag ngerti merokok nya di luar , bahaya soalnya untuk anak-anak keciil, pernah ada dulu yang terkena plek karena ibunya suka ngerokok saya larang orang seperti itu sebetulnya mah jangan merokok soalnya itu perempuan yang merokoknya.
L
:
Harapan bapak sebagai ketua Rt untuk masalah-masalah yang ada di sini bagaimana ?
B
:
Pengennya mah jangan  jauh-jauh, kalau kita minta pemerintah harusnya ngadain puskesmas yang deket, soalnya susah kendaraan yang ada misalkan ada yang punya penyakit mendadak kalau ada Rs yang deket enak, sekarng  dibantu oleh BPJS tetapi Rs tertentu yang terima BPJS juga, tetapi dengan syarat
L
:
Bapak sebagai ketua Rt bagaimana kalau ada perbedaan pendapat terus biar mereka sepakat ?
B
:
Kita bermusyawarah dulu dengan masyarakat maunya apa kita bilang maunya seperti iiini, ada baiknnya pendpat masyarakat menegor kepada Rt kita anggap sebagaii teguran agar bisa maju kita Rt ga ada masyarakat ya ga akan maju mungkin Rt dengan masyarakat berjalan selaras
L
:
Kegiatan-kegiatan yang pernah dilakukan oleh masyarakat di sini apa aja
B
:
Mungkin gotong royong buat bangunan misalkan bangunan majlis, musholah ada. Mungkin masyarakat maunya rumah itu sepeerti RTLH itu cuman dapet 2 rumah padahal ada 8 rumah disini.mungkin masyarakat gak tau kalau ada lapr minggu kemudian harus udah ada sedangkan harus dipilih dulu sama pemerintah juga dipilih duu yang mana yang akan di uatamakan.kalau ada bantuan dari pemerintah untuk masyarakat saya senang benar, kalau membantu untuk rumah ya ga apapa asalkan kebantu dulu masyarakat.
L
;
Kondisi masyarakat disni bagaimana pak ?
B
:
Ya baik-baik semua pada ngerti sih kalau kita mau ngadain acara apa. Disni kan ada iuran kaau ada acra kita minta ke masyarakat , udah pada ngerti misalkan ada yang sakit kita minta iuran masyarakat ngasih dan pada ngerti.

5.4         Kader Posyandu

L
:
Ibu sebagai kader, bagaimana ibu menyadarkan masyarakat kalau didareah ini ada masalah kesehatan ?
I
:
Kalau dari kesehatan jarang, kalau dari anak kecil, ibu hamil, itu aja soalnya kalau kader mah anak-anak, bayi balita, ibu hamil, kalau soal kesehatan lingkungan biasa mah enggak.
L
:
Misalkan ibu sebagai kader, agar bisa menyadarkan masyarakat itu bagaimana ?
I
:
Misalkan ibu-ibu yang punya bayi, suapaya ikut dalam kesehatan di posyandu aja kalau sedang ada penimbangan , dikasih tau, soalnya kalau dari masyarakat mah jarang, maksudnya jarang kumpul, kalau dari posyandu mah paling penimbangan ibunya banyak, kalau misalkan ada dari kesehatan suka dibarengin yaudah dikasih tau aja langsung, caranya misal anak lagi sakit yang gak suka imunisasi, ya paling dikasih tau aja, soalnya kalau secara langsung dikasih taunya ke ibu hamil yah, kalau disruruh mau lahiran dimana, kan seharusnya ketenaga kesehatan tapi mereka bilang “dimana aja” sekarang banyak ibu hamil bilangnya gitu (ngobrol sambil bercanda) ya paling ibu bilang jangan di bawa ke paraji harus ditenaga kesehatan.
L
:
Jadi ibu memberi tahunya dengan cara pelan-pelan yah ?
I
:
Iya, dengan cara pelan-pelan apalagi ibu ibukan suka sensitif, cepat tersinggung, kalau ibu hamil ditanya mau lahiran dimana pasti ngomongnya “dimana aja” kan sekarang mah ada B4R, di tenaga kesehatan harus ada donor darah juga
L
:
Bagaimana menurut ibu merokok didalam rumah ?
I
:
Kalau menurut ibu mah merokok didalam rumah itu ya gak bagus, gak bagus buat kesehatannya buat keluarganya. Kan katanya perokok pasif lebih berbahay di banding prokok aktif
L
:
Kalau misalkan ibu dari konteks ibu hamil atau bagi balita cotoh masalah merokok, ibukan sebagai masyarakat dan ibu rumah tangga juga, dan sebagai kader. Bagaimana ibu memberi tahu kalau merokok didalam rumah itu berbahaya ?
I
:
Ini mah jangan dulu ke orang lain , suami ibu aja di rumah juga merokok kadang ke orang lain ubu gak bisa, emang ibu pernah ikut pelatihan tentang rokok dan lain-lain, cuman kalau secara langsung ibu gak bisa, paling ngasih contoh dirumahkan ada anak kecil, kalau langsung marah-marah kan gak suka didenger , ya paling dengan cara pelan pelan
L
:
Bagaimana cara ibu mengetahui sumber masalah itu dari mana ? misalkan merokok
I
:
Kalau dampaknya mah gak tau paling ibu ngeliatnya dari sering batuk-batuk, paling ibu bilang itu mah dari asap rokok mereun, dan si suami juga punya penyakit, paling ibu ngasih taunya coba ngasih tau harus berenti merokok, kan dampak merokok bisa menyebabkan kanker, jantung dan rokokkan ada nikotinnya ibukan suka dapet gambar-gambar kaya gitu biasanya pas pelatihan suka di kasih gambar
L
:
Berarti ibu tau caranya dari pengalaman kalau gak dari pelatihan gtu ?
I
:
Iya kadang-kadang dari undangan gitu biasanya elatihan di dinas kesehatan
L
:
Bagaimana cara ibu menyamakan pandangan yang ada di wilayah ini ? misalkan kan kadang masyarakat suka beda pandangan nah itu biar di cari bareng bareng trus nyamaiinnya gimana ?
I
:
Paling dengan cara dikasih tau dulu ke masyarakat , kalau ibu mah jarang-jarang ngumpul dengan yang lain paling di posyandu aja pada saat penimbangan/kelas gizi ibu hamil
L
:
Kalau masalah merokok ditetangga ibu pernah bilang ?
I
:
Pernah tapi gak secara langsung ngomongnya . paling rokok asepnya gak boleh kenap anak anak kan kaya perokok mah perokok aktif kalau yang gak ngerokok mah perokok pasif paling di omonginnya secara pelan-pelan ibu mah takut apalagi ke masyarakat langsung paling dengan cara di singgung sedikit.
L
:
Kalau selain diposyandu, ibu pernah tidak berkumul dengan masyarakat, ngonrolin tentang kesehatan misalnya bahaya merokok?
I
:
Belum pernah, paling diposyandu aja. Pernah ikut-ikutan wktu ada mahasiswa yang pernah kesini tapi itumah buat anak-anak remajanya, tentang bahaya merokok da HIV anaak-anak remaja yang dikumpulin mah, ibu ibunya mah cuman tentang kebersihan
L
:
Ibu sebagaii kader, ibu rumah tangga yang suaminya merokok didalam rumah . baagaimana cara ibu menyelesaikannya ?
I
:
Kalau marah sih enggak, bagaimana ya kan kalau dari merokoknya mah kcanduan, aling kesadaran sibapak sendiri , anak itu kn mau ngelahirin nah si bapak itu pernah janji sendiri nanti juga punya cucu mau berenti merokok, saking ibunya juga ngasih tau juga, dengan ngomong pelan pelan lama lama sadar
L
:
Langkah-langkah terutama untuk ibu hamil atau balita yang mempunyai maasalah itu bagaimana ?
I
:
Ibu juga suka tanya dulu ke ibu bidannya, ibu-ibu hamil juga suka ada yang tanya kekita paling ibu tanya dulu ke bidan
L
:
Berarti ibu menyelesaikannya juga dengan bertanya ke petugas kesehatan ?
I
:
Iya ibu juga takut salah kalau gak nanya dulu
L
:
Ibu pernah tidak menyelesaikan masalahnya langsung ke masyarakat ?
I
:
Itu belum pernah . paling kalau ada di posyandu aja
L
:
Kalau menurut ibu penialian permasalahan saat ini bagaimana ?
I
:
Kalau masalah di sini ada pegangan ibu aja yang di posyandu paling anak-anak nya aja kalau tentang gizi ibu-ibunya mah enggak , trus kaya taun kemarin ada yang kurang gizi.
L
:
Kalau masalah rokok sendiri penilaian ibu bagaimana ?
I
:
Di sini kalau tentang rokok banyak, berakibat dampak buruk, paling dari pelathan juga suka di kasih tau masyarakatnya di sadarkan tentang masalah rokok, ibukan gak bisa beergerak sendiri dari pak rt/rw yang ngumpulin baru kita berani
L
:
Ada gak dari kadernya sendiri membuat pelatihan tentang bahaya merokok ?
I
:
Belum pernah, terkecuali ibu kader yang ikut pelatihan , seharusnya ada ya untuk masyarakat.
L
:
Kalau menurut ibu harapan ibu untuk permasalahnmerokok bagaimana ?
I
:
Kalau bisa mah jangan merokok lagi, kan susah kalau masih ada pabriknya mah pasti banyak yang merokok , gimana yah nyampein mah udah tapi gimana d kalau masih ada pabriknya mah.. paling dari keluarga dulu dikasih raunya baru tetangga
L
:
Ibu sebagai kader rencana ibu untuk menyelesaikan masalah rokok ?
I
:
Misalnya adain pertemuan dulu, itu sih pengen biar masyarakat sadar tentang bahay rokok, ngomong sih bisa cuman elaksanannya ini, rencananya sih pengen untuk tidak merokok
L
:
Untuk menyadarkan adanya kesepakatan antara warga-warga punya cara tidak biar pda sepakat ?
I
:
Untui saat ini mah belom, kan kalau kaya gitu jangan bertindak sendiri susah sih pak rt atau rw kalau disuruh gabung kita ngadain kumpul agar masyarakat sadar tentang bahaya rokok, tetapi kan pak rt juga merokok jadi susah
L
:
Kalau rencana yang ada di benak ibu ?
I
:
Contohnya darii posyandu pengen masyarakat itu sadar untuk periksa khusuhnya ibu hamiil kan jarang untuk memeriksa kaya gitu sekarang-sekarang aja cuman pengen ibu ibu hamil yang deket ke posyandu periksa diposyandu untuk bayi balita untuk ditimbang jarang, ibunya punya data bayi bati 83 tapi kalau yang nimbang paling sata setengahnya paling banyak 60
L
:
Jadi rencana ibu ada pelatihan ya ?
I
:
Iya seharusnya da, kadang yang diundang cuman kadernya aja seharusnya jangan cuman kadr  aja yang nyampein ke petugas kesehatan, ibu bidannya , pak rt rw walaupun perwakilannya juga baru ngumpul yang dilatih itu ibu kader harusnya di kasih tau pelatihan yang ibu kader ikuti jadi masyarakat juga tahu
L
:
Kalau di ajak kumpul masyarakat sini mudah gak bu ?
I
:
Kurang belum juga pelaksanaan , ngumpul rt rw aja mau ngadain kelompok dasar wisma menjaga untuk ibu hamil, sampe sekarang belum kesampean, rencana suh sudah pembentukan udah cuman pelaksanannya gak ada . tapi sering mahasiswa dateng untuk memberi pengetahuan dn pengarahan kepada masyarakat di sinii tp yang dateng cmn anak anak ibu ibu bapak baak gak ada, paling sedikitan yang dateng
L
:
Menurut ibu masyarakat sini sadar gak kalau merokok itu berbahaya apa lagi didalam rumah ?
I
:
Ya sadar mah sadar kali ya tapi pelaksanaannya untuk berhenti merokok gak ada kesadarannya tapi merka tau dampak merokok itu apa
L
:
Ya, bu makasih atas informasinya















BAB IV
PEMBAHASAN

6.1          Keterbatasan Penelitian
Penggunaan rancangan penelitian kualitatif dilakukan dengan tujuan mendapatkan informasi yang mendalam tentang dialog komunitas perilaku merokok didalam rumah di Posyandu Rt 02 Rw 02 Kelurahan Kertamaya.
Berikut beberapa keterbatasan penelitian dalam penelitian ini :
1               Informan memberikan jawaban yang bertele-tele. Sehingga peneliti mengalami kesulitan dalam menginterpretasi jawaban dari narsumber.
2               infroman memberikan jawaban yang tidak sinkron dengan pertanyaan. Hal ini menyebabkan peneliti mengalami kesulitan dalam mengumpulkan infromasi.
Penelitian kualitatif kualitatif adalah sejumlah informatif yang secara khusus memberikan untuk memperoleh jawaban atau informasi mendalam tentang pendapat atau perasaan seseorang. Masalah yang sering muncul adalah berhubungan dengan subjektifitas penelitian karena sangan ditekan pada interpretasi tentang dialog komunitas yang tersirat.
6.2         Pembahasan
6.3.1   Tokoh Masyarakat
Beragam tanggapan yang diberikan ketua RT mengenai permasalahan kesehatan. Secara umum, ketua Rt 02 masih belum dapat menyadari permasalahan kesehatan diwilayah tersebut. Namun, beliau mengakui bahwa merokok masih menjadi masalah bagi masyarakat.  Setidaknya, dia pernah menegur masyarakat ketika merokok di depan anaknya. Tapi satu hal yang unik ketika kami menanyai tentang masalah rokok kepada ketua Rt tersebut, beliau jujur bahwa beliau masih merokok.
Pertemuan antar warga dan ketua RT di wilayah tersebut tidak berjalan dengan intensif dibuktikan dengan jarangnya pertemuan antar warga. Menurut informan mereka membutuhkan puskesmas yang dekat dengan wilayah mereka.
6.3.2   Kader Posyandu
Kader posyandu sebagai informan sudah menyadarai bahwa merokok dalam rumah itu berbahaya. Informanpun memiliki cara agar suaminya berhenti merokok didalam rumah dengan menempelkan poster-poster gambar yang menyeramkan mengenai merokok. Cara ini menurtu dia dirasa berhasil dan ditambah mereka memiliki cucu yang masih bayi sehingga suami informan berhenti merokok.
Menurut informan jarang sekali pertemuan antar masyarakat yang membahas tentang bahaya rokok malah tidak ada.  Infroman mengatakan bahwa hanya kader saja yang sering mengikuti kajian tentang bahaya rokok dengan pihak Dinas Kesehatan. Menurutnya warga Rt 02 sulit untuk dikumpulkan karena kesibukan mereka di rumah masing-masing.
Pernah informan sebagai kader ingin membuat kegiatan dengan melibatkan masyarakat tetapi dari pihak Rt tidak begitu responsif sehingga sampai akhirnya kegiatan yang di rencanakan belum tercapai. Interaksi antara Ketua Rt dan masyarakatat yang menjadi penghambat.
6.3.3   Warga
Warga Rt 02 merupakan informan penelitian kualitatif ini. Berdasarkan hasil wawancara mendalam, infroman tersebut dapat menyebutkan permasalan kesehatan yang ada di wilayah tersebut. Tetapi, tidak menyadari bahwa merokok adalah masalah utama di wilayah tersebut. Bahkan, ketika kami melalukan wawancara mendalam informan tersebut sedang merokok di dalam dapurnya.
Menurut informan interaksi yang dilakukan kader dan tokoh masyarakat kurang begitu berkesinambungan dan intensif sehingga infroman sebagai masyarakat tidak mendapat pemberitahuan apabila ada kegiatan. Kurangnya komunikasi untuk masyarakat menjadi hal yang sangat urgent dalam pengiplementasian dialog komunitas.
Informan menyebutkan bahwa faisilitas pelayanan kesehatan di wilayah tersebut tidak ada dan puskesmas yang menaungi wilayah tersebut berjarak tidak dekat. Hal, ini juga yang menyebabkan masyarakat sulit untuk mendatangi pelayanan kesehatan. Menurut infroman musyawarah merupakan cara untuk memecahkan masalah.
Dari hasil analisa wawancara mendalam dengan tokoh masyarakat secara garis besar belum terjadi dialog komunitas dengan masyarakat dan kader posyandu. Tokoh masyarakat hanya mengetahui permasalahan-permesalahan di luar kesehatan. Pertemuan antar warga tidak sering terjadi dan belum pernah membahas yang berkaitan dengan permasalan merokok didalam rumah. Sementara hasil dari teori yang kami dapat bahwa peran tokoh masyarakat dalam hal ini ketua Rt adalah sebagai mediator dalam memecahkan masalah dan sebagai motivator bagi masyarakat serta mampu menguasai semua permasalahan minimal memiliki  seseorang untuk dijadikan  referensi. Berdasarkan pertanyaan kami tentang bahaya merokok didalam rumah, bahwa dia menyadari bahaya tentang merokok didalam rumah.
Berdasarkan hasil analisa wawancara mendalam dari kader posyandu yang secara garis  besar belum terjadi dialog komunitas. Hal ini dapat dilihat dari tidak pernah terjadi pertemuan antar masyarakat yang membahas tentang permasalahan kesehatan utamanya tentang merokok didalam rumah. Sementara, dari hasil teori yang kami dapat bahwa peran kader adalah aktif dalam berbagai kegiatan, bahkan tidak hanya dalam pelaksanaan tetapi juga hal-hal yang bersifat pengelolaan seperti perencanaan kegiatan, pencatatan dan pelaporan pertemuan kader (Depkes RI,2006:17). Namun kader posyandu tersebut mengetahui tentang bahaya merokok. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan kader posyandu tentang bahaya merokok cukup.
Berdasarkan hasil analisa wawancara mendalam dengan warga secara garis besar belum terjadi dialog komunitas. Hal, ini dapat dilihat dari ibu tersebut masih merokok didalam rumah. Interaksi antara kader dan tokoh masyarakat dengan masyarakatpun belum menunjukan keinteraktifan dan intensif untuk menyelesaikan masalah-masalah kesehatan yang ada di wilayah tersebut. Sementara, dari hasil teori yang kami dapat peran masyarat itu berkontribusi dalam pembangunan kesehatan.
















BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN


7.1         Kesimpulan
1               Belum terjadi dialog komunitas pada posyandu rt 02 rw 02 kelurahan Kertamaya Bogor Selatan.
2               Pengetahuan masyarakat mengenai permasalahan merokok didalam rumah masih kurang.
3               Kesimpulan dari wawancara mendalam semua infroman mengatakan bahwa kurangnya sarana dan prasarana pelayanan kesehatan.
4               Kesimpulan dari wawancara mendalam semua informan menjawab bahwa merokok didalam rumah berbahaya bagi keluarganya.
5               Dari jawaban kader selama ini belum pernah mengadakan pelatihan atau pembinaan untuk masyarakat tentang penyelesaian masalah merokok didalam rumah.
6               Dari jawaban warga mengatakan bahwa komunikasi dengan kader dan tokoh masyarakat sangat jarang, bahkan pertemuan yang dilakukanpun untuk pemecahan masalah merokok belum pernah.
7               Dari jawaban tokoh masyarakat bahwa pertemuan masyarakat di adakan tetapi belum pernah membahas tentang masalah merokok didalam rumah.
7.2         Saran
Antara semua pihak yang terlibat perlu diadakan komunikasi untuk di adakannya pembinaan bahaya merokok didalam rumah agar masyarakat dapat secara mandiri memecahkan masalah merokok didalam rumah.
Selain itu karena puskesmas atau fasilitas kesehatan tidak ada di daerah tersebut, maka perlu di adakannya klinik untuk memfasilitasi masyarakat dalam penanganan kesehatan.
Secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut :

1               Kepada Tokoh Msyarakat
                                a.                   Menyiapkan pertemuan untuk masyarakat dan kader.
                                b.                   Menjadi fasilitator pembinaan penanganan permasalahan merokok didalam rumah.
                                c.                   Ikut peduli terhadap keadaan kesehatan masyarakat.
                                d.                   Menjadi mediator untuk masyarakat dalam memecahkan masalah merokok didalam rumah.
                                e.                   Melakukan pengawasan terhadap masyarakat.

2               Kepada Kader Posyandu
                                a.                   Melakukan perencanaan dan pelaksanaan pertemuan masyarakat dalam memecahkan masalah merokok didalam rumah.
                                b.                   Membangun komunikasi yang intensif dan persuasif dengan masyarakat sehingga masyarakat menyadari permasalahan kesehatan apa yang sedang di hadapi.
                                c.                   Setidaknya seminggu sekali melakukan pertemuan dan kegiatan dengan melibatkan peran serta masyarakat.
                                d.                   Tidak hanya melakukan kegiatan yang berkutat dengan bayi, balita, dan ibu hamil.
                                e.                   Melakukan pengawasan terhadap masyarakat.

3               Kepada Masyarakat
                                a.                   Menggali informasi secara mandiri tentang permasalahan-permasalahan kesehatan yang dihadapi agar tidak terjadi endemi.
                                b.                   Mampu memecahkan masalah kesehatan dengan masyarakat lainnya.
                                c.                   Inisiatif dalam melaksanakan pertemuan masyarakat guna dalam pembinaan pemecahan masalah merokok didalam rumah.
                                d.                   Ikut berperan aktif dan berkontribusi dalam pembangunan kesehatan.






DAFTAR PUSTAKA

Komalasari, Dian & Helmi, Avin Fadilla. 2000. Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Merokok Pada Remaja. Jurnal Psikologi, 28: 37-47.
Maxwell, John C., Mengembangkan Kepemimpinan di Dalam Diri Anda(terjemahan), Jakarta: Binarupa Aksara, 1995. hlm: 23
peran manajer from: www.wikipedia.org
Efri S. Bahri., Pemberdayaan Masyarakat: Konsep dan Aplikasi” : FAM Publishing, Divisi Penerbitan Forum Aktif Menulis (FAM) Indonesia
WHO.2013.pdf
Data Riskesdas 2010, 2013.pdf
Notoatmodjo, Soekidjo, & Sarwono, Solita. 1985. Pengantar Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Badan Penerbit Kesehatan Masyarakat FKM UI





























Lampiran I

Matriks

Pertanyaan
Informan I
(Masyarakat)
Informan II
(kader posyandu)
Informan III
(tokoh masyarakat)
Bagaimana kesadaran masyarakat tentang permasalahan kesehatan diwilayah tersebut ?
Menyadari merokok berbahaya tetapi masih merokok
Menyadari merokok berbahaya
Menyadari merokok berbahaya tetapi masih merokok
Bagaimana cara untuk mengidentifikasi masalah ?
Melihat dari keadaan sekitar atau pengalaman
Melihat dari keadaan sekitar atau pengalaman
musyawarah
Bagaimana cara anda mengklarifikasi presepsi pada masyarakat ?
Menggunakan pendapat yang paling banyak.
Belum ada, tetapi seharusnya adakan musyawarah
Pendapat paling banyak
Menurut anda kebutuhan yang diperlukan di wilayah ini yang berkaitan dengan kesehatan ?
Puskesmas
Puskesmas, pelatihan masyarakat
Puskesmas
Bagaimana pendapat anda tentang merokok di dalam rumah ?
Berbahaya
Berbahaya
bahaya
Menurut anda cara untuk memecahkan masalah merokok di dalam rumah seperti apa ?
Menyibukan diri dengan kegiatan
Menegur dengan pelan-pelan
Kesadaran masing-masing
Apa yang menjadi harapan bapak/ibu kedepannya agar masyarakat dapat bersama-sama berhenti merokok didalam rumah ?
Sadar dengan sendirinya.
Mengadakan pelatihan tentang berbahaya merokok
Sadar dengan sendirinya
Bagaimana rencana tindakan anda untuk masalah merokok didalam rumah ?
Menunggu sampai sadar
Menegur dengan perlahan
Menunggu sampai sadar
Apakah sudah ada pelatihan kemasyarakatan tentang bahaya rokok ?
Belum
Belum
Belum









0 komentar:

Posting Komentar